Jayapura | Mencermati adanya keterlibatan sejumlah rohaniwan gereja di Papua yang mendukung gerakan Papua Merdeka, Sekretaris Umum Sinode Kingmi Indonesia, Pendeta Yones Wenda S.Th, Mpd mengajak para tokoh gereja (pendeta/pastor) untuk lebih menekankan ajaran cinta damai kepada para jemaat. Hal ini sesuai dengan tugas utama pendeta sebagai pemimpin rohani gereja serta dalam rangka memelihara , melindungi dan menjaga kehidupan spiritual jemaatnya.
Ia juga menyampaikan pesannya kepada pemerintah bahwa kalangan gereja (sinode) mempunyai tugas untuk membawa umat secara utuh kepada Tuhan.
“Dari Sinode Kema Injil Gereja Masehi Indonesia (KIMI) ditanah Papua ingin menyampaikan kepada Pemerintah bahwa gereja (sinode) mempunyai tugas untuk membawa umat utuh kepada Tuhan. Itulah tanggung jawab gereja,” tegaa pendeta Yones.
Menurutnya gereja tidak perlu terpancing untuk mengikuti atau bahkan terlibat dalam berbagai aktivitas yang berada diluar kewenangan gereja atau dlluar urusan kerohanian, seperti masalah dukungan terhadap gerakan Papua merdeka atau intervensi perihal Otonomi Khusus (otsus) yang jelas-jelas masuk keranah politik.
Sikap itu bukanlah kewenangan atau tugas gereja. Dan seperti yang diketahui Papua merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka t0ugas dan kewenangan gereja adalah membawa umat utuh kepada Tuhan. Itulah yang menjadi tanggungjawab gereja. Dan gereja-gereja harus memahami ini, begitupun dengan sinode-sinode harus mengetahuinya.
Keterlibatan pihak gereja dalam memberikan dukungan kepada kelompok pemberontak (pro Papua merdeka) yang kerap kali melakukan aksi kekerasan terhadap aparat TNI/Polri dan penduduk sipil setempat menurut pendeta Yones sangat bertentangan dengan ajaran dalam kitab Injil, yakni pada pasal 20 ayat 15 hingga 19 yang mengatakan agar tidak menghabisi nyawa orang lain.
“Kalau gereja mempengaruhi masyarakat untuk membunuh orang, itu merupakan tanggungjawab besar antara hamba Tuhan dengan Tuhan. Jadi itu merupakan tanggungjawab karena firman Tuhan, “Janganlah membunuh orang””, ungkap pendeta Yones.
Dalam kesempatan ini, pendeta Yones juga mengingatkan kelompok Sokrates Sofyan Nyoman dan Benny Giyai, para tokoh gereja sekaligus akademisi Papua yang pro terhadap gerakan Papua merdeka untuk tidak lagi menggunakan lambang-lambang atau logo Injil Empat Berkatan yang selama ini dipakai oleh mereka demi mendapatkan bantuan dari dana Otsus. Untuk penggunaan logo tersebut seharusnya Benny menempuh prosedur hukum dahulu. Dengan demikian tidak sepantasnya mereka menyalahgunakan logo gereja dan anggaran otsus untuk mengacaukan umat kristen di Indonesia.
Pendeta Yones menambahkan apabila kelompok Benny masih bersikeras menggunakan logo milik organisasi lain, maka Benny akan terancam hukuman denda 4 miliar dan penjara 10 tahun. Sebab Logo injil empat berganda adalah logo milik gereja Kingmi.
“Kami dari sinode Kema Injil Gereja Indonesia Kingmi, di Tanah Papua mohon kepada Pemerintah bahwa kami mempunyai logo Injil Empat Berkatan yang selama ini digunakan oleh sinode Gereja Kema Injil Papua Papa Benny Giyai (Dr. Benny Giyai) dengan rombongannya pak Sokrates Sofyan Yoman, dan Dorman Malimbo.
Mereka semua berada dalam satu jalan untuk mengacaukan umat Kimi yang melayani seluruh umat di Indonesia. Tapi karena pemikiran mereka ini berusaha untuk mengacaukan kami dari sinode Kingmi. Jadi kami mohon Pemerintah harus menegakan sesuai keputusan Kemenkumham bahwa yang berhak memiliki logo harus sesuai dengan dasar hukum”, pinta pendeta Yones. | red