BANDA ACEH – Tengku (Tgk) Sufaini Usman Syekhi, Presiden Achehnes Australia Assocation (AAA) dan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menegaskan bahwa para kombatan GAM memiliki komitmen dengan perdamaian Aceh yang telah disepakati bersama pemerintah. Gerakan Aceh Merdeka sudah ikhlas dengan perdamaian. Dengan demikian sudah jelas jika hari ini semua pihak terkait menerima adanya sebuah perdamaian. Tidak ada lagi pihak yang saling menyalahkan satu sama lain.
Sayangnya masih ada satu hal yang sangat disayangkan karena masih belum tercapai selama 16 tahun paska damai, yaitu terpenuhinya harapan akan perbaikan perekonomian masyarakat di kawasan ‘Serambi Mekah’ ini.
Padahal salahsatu harapan yang ingin dicapai apabila situasi damai tercapai adalah terciptanya kesejahteraan rakyat.
Beberapa kendala memang dianggap menjadi penyebab terhambatnya pemerataan ekonomi di Aceh, satu diantaranya adalah keberadaan mafia proyek yang memonopoli proyek-proyek pembangunan di Aceh.
“Sebagai orang Aceh, saya malu karena Aceh masih berada di bawah garis kemiskinan. Padahal Pemerintah Pusat setiap tahun mengucurkan belasan triliun rupiah untuk membangun Aceh paska konflik dan tsunami. Tapi sayang, harapan ingin menyejahterakan rakyat Aceh justru tidak tercapai meski sudah 16 tahun paska damai”, ujar Presiden Achehnes Australia Assocation (AAA) yang juga mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Tgk Sufaini Usman Syekh di Banda Aceh (3/5/2021).
Ironisnya menurut Sufaini, seorang mantan kombatan GAM diduga kuat menjadi mafia proyek-proyek pembangunan pemerintah daerah di Aceh. Untuk itu ia meminta dinas-dinas yang ada di provinsi NAD tidak bermain dengan ‘mafia proyek’ tersebut karena Aceh membutuhkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
Mafia proyek tersebut disinyalir pula terlibat dalam jaringan peredaran narkoba dengan memanfaatkan jabatan dan kekuasaannya demi keuntungan pribadi.
“Oleh sebab itu saya Tgk Syekhi bersama para kombatan lainnya berkomitmen untuk memberantas tindakan para mantan kombatan GAM yang sewenang-wenang memanfaatkan jabatan dan kekuasaannya, salah satunya adalah kelompok GAM pimpinan Muchtar Hanafiah alias Ableh”, ungkap Tgk Sufaini.
Ia juga mengakui sebenarnya para kombatan GAM turut menikmati dana otsus dari pemerintah. Namun masyarakat Aceh kurang sejahtera karena ada kombatan GAM yang justru menjadi mafia proyek serta terlibat jaringan peredaran narkoba. Akibatnya selain membuat sebagian masyarakat Aceh masih kurang sejahtera hingga saat ini, nasib anak-anak mantan kombatan GAM (anak Syuhada) juga terbengkalai karena mereka tidak lagi mendapat perhatian dari mantan kombatan GAM yang kini memiliki kekuasaan dan jabatan tersebut. Mantan kombatan GAM tersebut benar-benar telah disibukan dengan berbagai urusan untuk memperkaya dirinya sendiri. | red
http://gariskomando.com/feeds/posts/default?alt=rss